Dalam kehidupan sehari-hari sering kita amati
adanya perbedaan status dan peranan antar warga, baik di lingkungan
keluarga atau pun masyarakat. Dalam lingkungan masyarakat yang lebih luas
perbedaan tersebut mencakup berbagai aspek kehidupan, misalnya ada orang kaya
dan ada orang miskin, ada orang yang berkuasa dan ada orang tidak berkuasa,
serta ada orang yang dihormati dan ada orang yang tidak di hormati.
Gejala di atas menunjukan adanya perbedaan- perbedaan
bertingkat dalam masyarakat. Perbedaan bertingkat tersebut dinamakan pelapisan
sosial. Pelapisan sosial bersifat umum atau universal artinya selalu di temukan
pada setiap kelompok sosial, baik pada masyarakat tradisional maupun masyarakat
modern.
Dalam
masyarakat kota, cara hidup sudah mulai dinamis dan majemuk dibandingkan di
desa. Bagi masyarakat kota yang relatif modern, pembagian peran atau status
dilingkungan kota sudah semakin tegas dan rinci. Misalny aada karyawan, manager
perusahaan, guru, pengacara, hakim, polisi, pedagang dan profesi lainnya.
Masing-masing warga masyarakat memiliki profesinya sendiri-sendiri. Akibatnya
pelapisan sosial di kota pun semakin beraneka ragam.
Masyarakat perkotaan sering disebut juga urban community.
Pengertian masyarakat kota lebih ditekankan pada sifat-sifat kehidupannya serta
ciri-ciri kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat pedesaan. Perhatian
khusus masyarakat kota tidak terbatas pada aspek-aspek seperti pakaian,
makanan, dan perumahan, tetapi mempunyai perhatian lebih luas lagi. Orang-orang
kota sudah memandang penggunaan kebutuhan hidup, artinya oleh hanya sekadarnya
atau apa adanya. Hal ini disebabkan oleh karena pandangan warga kota
sekitarnya. Kalau menghidangkannya mempunyai kedudukan sosial yang tinggi. Bila
ada tamu misalnya, diusahakan menghidangkan makanan-makanan yang ada dalam
kaleng. Pada orang-orang desa ada kesan, bahwa mereka masak masakan itu sendiri
tanpa memperdulikan apakah tamu-tamunya suka atau tidak. Pada orang kota,
makanan yang dihidangkan harus kelihatan mewah dan tempat penghidangannya juga
harus mewah dan terhormat. Disini terlihat perbedaan penilaian. Orang desa
memandang makanan sebagai suatu alat memenuhi kebutuhan biologis, sedangkan
pada orang kota, makanan sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan sosial.
CIRI-CIRI
MASYARAKAT KOTA:
Beberapa ciri
yang menonjol pada masyarakat kota, yaitu :
1. Kehidupan
keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di desa.
Kegiatan-kegiatan keagamaan hanya setempat di tempat-tempat peribadatan,
seperti : masjid atau gereja. Sedangkan di luar itu, kehidupan masyarakat
berada dalam lingkungan ekonomi dan perdagangan. Cara kehidupan demikian
mempunyai kecenderungan ke arah keduniawian, bila dibandingkan dengan kehidupan
warga masyarakat desa yang cenderung ke arah keagamaan.
2. Orang kota
pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada orang-orang
lain. Yang terpenting di sini adalah manusia perorangan atau individu. Di
kota-kota kehidupan keluarga sering sukar untuk disatukan, sebab perbedaan
kepentingan, paham politik, perbedaan agama, dan sebagainya.
3. Pembagian kerja
diantara warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata.
4.
Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh
warga kota daripada warga desa. Pekerjaan para warga desa lebih bersifat
seragam, terutama dalam bidang bertani. Oleh karena itu pada masyarakat desa
tidak banyak dijumpai pembagian kerja berdasarkan keahlian. Lain halnya di
kota, pembagian kerja sudah meluas, sudah ada macam-macam kegiatan industri,
sehingga tidak hanya terbatas pada satu sektor pekerjaan. Singkatnya di kota
banyak jenis-jenis pekerjaan yang dapat dikerjakan oleh warga-warga kota, mulai
dari pekerjaan yang sederhana sampai pada yang bersifat teknologi.
5.
Jalan pikiran rasional yang pada umumnya dianut masyarakat perkotaan,
menyebabkan bahwa interaksi-interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada faktor
kepentingan daripada faktor pribadi.
6. Jalan kehidupan
yang cepat di kota-kota, mengakibatkan pentingnya faktor waktu bagi warga kota,
sehingga pembagian waktu yang teliti sangat penting, untuk dapat mengejar
kebutuhan-kebutuhan seorang individu.
7.
Perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata di kota-kota, sebab kota-kota
biasanya terbuka dalam menerima pengaruh-pengaruh dari luar. Hal ini sering
menimbulkan pertentangan antara golongan tua dengan golongan muda. Oleh karena
itu, golongan muda yang belum sepenuhnya terwujud kepribadiannya lebih sering
mengikuti pola-pola baru dalam kehidupannya.
PERBEDAAN DESA DAN KOTA
Beberapa ciri yang dapat dipergunakan sebagai
petunjuk untuk membedakan antara desa dan kota, yakni :
a.
Jumlah dan
Kepadatan Penduduk
Jumlah dan kepadatan penduduk di desa
sedikit, tanah untuk keperluan perumahan cenderung ke arah horizontal, jarang
ada bangunan rumah bertingkat. Sedangkan kota memiliki penduduk yang jumlahnya
lebih banyak daripada desa.
b. Lingkungan Hidup
Lingkungan hidup di pedesaan terasa lebih
dekat dengan alam bebas. Udaranya bersih, sinar matahari cukup, tanahnya segar
diselimuti berbagai jenis tumbuh-tumbuhan dan berbagai satwa. Hal tersebut
sangat berlainan dengan lingkungan perkotaan yang sebagian besar dilapisi beton
dan aspal, bangunan-bangunan menjulang tinggi saling berdesak-desakan dan
kadang-kadang berdampingan dn berhimpitan dengan gubug-gubug liar dan pemukiman
yang padat.
b.
Mata
Pencaharian
Kegiatan
utama penduduk desa berada di sektor ekonomi primer yaitu bidang agraris.
Kehidupan ekonomi terutama tergantung pada usaha pengelolaan tanah untuk
keperluan pertanian, peternakan, dan termasuk juga perikanan darat. Sedangkan
kota merupakan pusat kegiatan sektor ekonomi sekunder yang meliputi bidang
industri, disamping sektor ekonomi tertier yaitu bidang pelayanan jasa. Jadi
kegiatan di desa adalah mengolah alam untuk memperoleh bahan-bahan mentah, baik
bahan kebutuhan pangan, sandang, maupun lain-lain bahan mentah untuk memenuhi
kebutuhan pokok manusia. Sedangkan kota mengolah bahan-bahan mentah yang
berasal dari desa menjadi bahan-bahan setengah jadi atau mengolahnya sehingga
berwujud bahan jadi yang dapat segera dikonsumsikan.
d. Corak Kehidupan
Sosial
Corak
kehidupan sosial di desa dapat dikatakan masih homogen. Sebaliknya di kota
sangat heterogen, karena di sana saling bertemu berbagai suku bangsa, agama,
kelompok, dan masing-masing memiliki kepentingan yang berlainan.
e. Stratifikasi
Sosial
Sistem
pelapisan sosial (stratifikasi sosial) kota jauh lebih kompleks daripada di
desa.
f. Mobilitas Sosial
Mobilitas
sosial di kota jauh lebih besar daripada di desa. Di kota, seseorang memiliki
kesempatan lebih besar untuk mengalami mobilitas sosial, baik vertikal yaitu
perpindahan kedudukan yang lebih tinggi atau lebih rendah, maupun horizontal
yaitu perpindahan ke pekerjaan lain yang setingkat.
g. Pola Interaksi
Sosial
Pada
masyarakat pedesaan, yang sangat berperan dalam interaksi dan hubungan sosial
adalah motif-motif sosial
h. Solidaritas
Sosial
Solidaritas
pada masyarakat pedesaan timbul karena adanya kesamaan-kesamaan kemasyarakatan,
seperti kesamaan adat kebiasaan, kesamaan tujuan, dan kesamaan pengalaman.
Sebaliknya solidaritas pada masyarakat perkotaan justru terbentuk karena adanya
perbedaan-perbedaan dalam masyarakat, sehingga orang terpaksa masuk ke dalam
kelompok-kelompok tertentu, misalnya saja serikat buruh, himpunan pengusaha,
atau persatuan artis.
i. Kedudukan Dalam
Hierarki Sistem Administrasi Nasional
HUBUNGAN
DESA DAN KOTA
Masyarakat
pedesaan dan perkotaan bukanlah dua komunitas yang terpisah sama sekali satu
sama lain. Bahkan dalam keadaan yang wajar di antara keduanya terdapat hubungan
yang erat, bersifat ketergantungan, karena di antara mereka saling membutuhkan.
Kota tergantung pada desa dalam memenuhi kebutuhan warganya akan bahan-bahan
pangan seperti beras, sayur-mayur, daging, dan ikan. Desa juga merupakan sumber
tenaga kasar bagi jenis-jenis pekerjaan tertentu di kota, misalnya saja buruh
bangunan dalam proyek-proyek perumahan, proyek pembangunan atau perbaikan jalan
raya atau jembatan dan tukang becak. Mereka ini biasanya adalah pekerja-pekerja
musiman. Pada saat musim tanam mereka, sibuk bekerja di sawah. Bila pekerjaan
di bidang pertanian mulai menyurut, sementara menunggu masa panen mereka
merantau ke kota terdekat untuk melakukan pekerjaan apa saja yang tersedia.
Sebaliknya, kota
menghasilkan barang-barang yang juga diperlukan oleh orang desa seperti
bahan-bahan pakaian, alat dan obat-obatan pembasmi hama pertanian, minyak
tanah. Kota juga menyediakan tenaga-tenaga yang melayani bidang-bidang jasa
yang dibutuhkan oleh orang desa tetapi tidak dapat dilakukannya sendiri.
PENGERTIAN
DESA
Sutardjo
Kartohadikusuma mengemukakan bahwa desa adalah kesatuan hukum di mana bertempat
tinggal suatu masyarakat pemerintahan sendiri.
Menurut
Bintarto, desa merupakan perwujudan atau kesatuan geografi, sosial, ekonomi,
politik, dan kultural yang terdapat di situ (suatu daerah) dalam hubungannya
dan pengaruhnya secara timbal-balik dengan daerah lain.
CIRI-CIRI
MASYARAKAT PEDESAAN
Ciri-ciri
masyarakat pedesaan antara lain sebagai berikut :
a. Di
dalam masyarakat pedesaan di antara warganya mempunyai hubungan yang lebih
mendalam dan erat bila dibandingkan dengan masyarakat pedesaan lainnya di luar
batas-batas wilayahnya.
b.
Sistem kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan (Gemeinschaft
atau Paguyuban).
c.
Sebagian besar warga masyarakat pedesaan hidup dari pertanian.
Pekerjaan-pekerjaan yang bukan pertanian merupakan pekerjaan sambilan (part
time) yang biasanya sebagai pengisi waktu luang.
d.
Masyarakat tersebut homogen, seperti dalam hal mata pencarian, agama, adat
istiadat, dan sebagainya.
PERBEDAAN
MASYARAKAT PEDESAAN DENGAN MASYARAKAT PERKOTAAN
Masyarakat pedesaan
kehidupannya berbeda dengan masyarakat perkotaan. Perbedaan-perbedaan ini
berasal dari adanya perbedaan yang mendasar dari keadaan personalitas dan
segi-segi kehidupan.
Mengenal
ciri-ciri masyarakat pedesaan akan lebih mudah dan lebih baik dengan
membandingkannya dengan kehidupan masyarakat perkotaan. Untuk menjelaskan
perbedaan atau ciri-ciri dari kedua masyarakat tersebut, dapat ditelusuri dalam
hal lingkungan umumnya dan orientasi terhadap alam, pekerjaan, ukuran
komunitas, kepadatan penduduk, homogenitas-heterogenitas, diferensiasi sosial,
pelapisan sosial, mobilitas sosial, interaksi sosial, pengendalian sosial, pola
kepemimpinan, ukuran kehidupan, solidaritas sosial, dan nilai atau sistem
nilainya.
1.
Lingkungan
Umum dan Orientasi Terhadap Alam
Masyarakat
pedesaan berhubungan kuat dengan alam, disebabkan oleh lokasi geografinya di
daerah desa.
Penduduk
yang tinggal di desa akan banyak ditentukan oleh kepercayaan-kepercayaan dan
hukum-hukum alam, seperti dalam pola berpikir dan falsafah hidupnya. Berbeda
dengan penduduk yang tinggal di kota, yang kehidupannya “bebas” dari realitas
alam.
2. Pekerjaan atau
Mata Pencaharian
Pada
umumnya atau kebanyakan mata pencaharian daerah pedesaan adalah bertani dan
berdagang sebagai pekerjaan sekunder. Namun di masyarakat perkotaan, mata
pencaharian cenderung menjadi terspesialisasi, dan spesialisasi itu sendiri
dapat dikembangkan.
3. Ukuran Komunitas
Dalam
mata pencaharian di bidang pertanian, imbangan tanah dengan manusia cukup
tinggi bila dibandingkan dengan industri; dan akibatnya daerah pedesaan
mempunyai penduduk yang rendah per kilometer perseginya. Oleh karena itu,
komunitas pedesaan lebih kecil daripada komunitas perkotaan.
4.
Kepadatan Penduduk
Penduduk
desa kepadatannya lebih rendah bila dibandingkan dengan kepadatan penduduk
kota. Kepadatan penduduk suatu komunitas kenaikannya berhubungan dengan
klasifikasi dari kota itu sendiri.
5.
Homogenitas dan Heterogenitas
Homogenitas
atau persamaan dalam ciri-ciri sosial dan psikologis, bahasa, kepercayaan,
adat-istiadat, dan perilaku sering nampak pada masyarakat pedesaan bila
dibandingkan dengan masyarakat perkotaan.
Di
kota sebaliknya, penduduk heterogen terdiri dari orang-orang dengan macam-macam
subkultur dan kesenangan, kebudayaan, dan mata pencaharian.
6.
Diferensiasi Sosial
Keadaan
heterogen dari penduduk kota berindikasi pentingnya derajat yang tinggi di dalam
diferensiasi sosial. Kenyataan ini bertentangan dengan bagian-bagian kehidupan
di masyarakat pedesaan. Tingkat homogenitas alami ini cukup tinggi, dan relatif
berdiri sendiri dengan derajat yang rendah daripada diferensiasi sosial.
7.
Pelapisan Sosial
Kelas
sosial di dalam masyarakat sering nampak dalam perwujudannya seperti “piramida
sosial”, yaitu kelas-kelas yang tinggi berada pada posisi atas piramida, kelas
menengah ada di antara kedua tingkat kelas ekterm dari masyarakat.
Ada beberapa
perbedaan “pelapisan sosial tak resmi” ini antara masyarakat desa dan
masyarakat kota yakni dalam aspek kehidupan pekerjaannya, kesenjangan antara
kelas ekstremnya, serta ketentuan kasta dan contoh-contoh perilakunya.
8.
Mobilitas Sosial
Mobilitas
sering terjadi di kota dibandingkan dengan di daerah pedesaan. Mobilitas
teritorial (wilayah) di kota lebih sering ditemukan daripada di daerah
pedesaan. Hal lain, mobilitas atau perpindahan penduduk dari desa ke kota
(urbanisasi) lebih banyak ketimbang dari kota ke desa. Pergerakannya dapat
terjadi secara bertahap, baik arahnya secara horizontal ataupun vertikal.
Kebiasaan tersebut di desa kurang terlihat, dan di kota lebih memungkinkan
dengan waktu yang relatif singkat.
9.
Interaksi Sosial
Tipe
interaksi sosial di desa dan di kota perbedaannya sangat kontras, baik aspek
kualitasnya maupun kuantitasnya. Perbedaan yang penting dalam interaksi sosial
di daerah pedesaan dan perkotaan, diantaranya :
a.
Masyarakat pedesaan lebih sedikit jumlahnya dan tingkat mobilitas sosialnya rendah,
maka kontak pribadi per individu lebih sedikit.
b.
Dalam kontak sosial berbeda secara kuantitatif maupun secara kualitatif.
Penduduk kota lebih sering kontak, tetapi cenderung formal sepintas lalu, dan
tidak bersifat pribadi (impersonal), tetapi melalui tugas atau kepentingan yang
lain. Di desa kontak sosial terjadi lebih banyak dengan tatap muka, ramah-tamah
(informal), dan pribadi.
10. Pengawasan
Sosial
Tekanan
sosial oleh masyarakat di pedesaan lebih kuat karena kontaknya yang bersifat
pribadi dan ramah-tamah (informal), dan keadaan masyarakatnya yang homogen. Di
kota pengawasn sosial lebih bersifat formal, pribadi, kurang “terkena” aturan
yang ditegakkan, dan peraturan lebih menyangkut masalah pelanggaran.
Sumber: